Memilih Hari Baik Pernikahan di Mata Generasi Sekarang

Oleh: Iqbal Wahyu Purwito, Paguyuban Metri Budaya Jawa "MELATHI" Surakarta

Bulan Oktober dan November 2011 memang masih “jauh” (saya menuangkan tulisan ini awal Maret 2011). Alhamdulillah, “order” menjadi pambiwara (master of ceremony) resepsi pernikahan yang saya terima sudah mampu mengejar “omzet” istri saya yang dalam bulan-bulan dekat ini mendapat kucuran rizki Allah terkait sambilan bisnis salon kecantikannya sebagai perias pengantin.


Meski demikian, saya sedikit tercenung ketika menerima tiga “order” pada pertengahan Februari 2011 lalu. Secara waktu pelaksanaan sebenarnya masih cukup “jauh”, namun ternyata mereka memilih waktu yang sama persis. Ada tiga calon mempelai yang meminta saya untuk menjadi pambiwara pada tanggal 9 Oktober 2011. Meski datangnya tidak bersamaan, mereka punya jadwal rencana pernikahan serupa: resepsi pada tanggal tersebut dan pelaksanaan ijab qobul pada pukul 08.00 WIB. Alasannya pun sangat simple: selain jatuh pada hari libur (Minggu), juga biar mudah diingat karena angkanya berurutan. Yakni ijab pukul 8 pagi, pernikahan pada 9-10-’11. “Sehingga jika ditulis menjadi: 8,9,10,11, kan istimewa ?” Begitu kurang lebih jawaban mereka. Hmm…, boleh juga kejelian anak generasi sekarang ini.

Order pertama saya terima, karena memang belum ada jadwal pada tanggal tersebut. Namun ketika datang calon mempelai yang lain dan dengan alasan yang sama, saya pun terkesiap. Beruntung calon mempelai kedua ini mau menerima “saran” saya agar dilaksanakan pada malam hari (hehehe…, bukti “keserakahan” saya mengalihkan waktu, ini tentunya sangat tidak pantas dicontoh lantaran tak sesuai permintaan calon mempelai, meski secara marketing bagi saya tepat…).

Nah, tak disangka dua hari kemudian, datang lagi calon mempelai lain. Calon pasangan ini juga memberi order yang sama. Lagi-lagi “keserakahan” menguasai saya, cari trik agar order tidak “lepas” begitu saja. Saya pun menjelaskan bahwa saya sudah “dipakai” dua mempelai pada tanggal tersebut, pagi dan malam. Namun “kelicikan” saya ungkapkan, dengan memberi alasan yang terkemas dalam kesan sebagai “solusi” angka istimewa. Yakni, sebaiknya resepsi diundur saja bulan berikutnya, pada tanggal 11 November 2011. Toh, jika ditulis justru menjadi angka seri: 11-11-’11. Nah, calon mempelai ini pun mengangguk dan terlihat puas.

  Pada dasarnya, semua hari itu baik untuk melakukan aktivitas apa saja dan acara apa saja. Yang kurang baik pada dasarnya hanya momentum yang kurang pas. Misalnya, acara dihelat pada hari kerja dan jam kerja sehingga tamu yang hadir sedikit. Jadi, sebenarnya semua hari yang telah diciptakan Allah SWT itu baik, dan tentunya ada berkah serta rizki. Bagi umat Islam, beberapa kalangan memilih menggelar pernikahan pada bulan Syawwal. Alasannya, Rasulllah SAW telah menikahi beberapa dari istri beliau pada bulan yang sama, yaitu jatuh pada bulan Syawal. Salah satunya adalah Aisyah binti Abu Bakar RA. (*)